Entri Populer

Minggu, 24 Juli 2011

ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK PUISI AMIR HAMZAH

Pengampu: Abdul Wachid B.S.M.Hum
MAKALAH

Di susun oleh:

Nama : NASRUDIN
Nim : 09003294
Kelas : E


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang Masalah

Pada perkembangan jaman sekarang ini, telah banyak kemajuan dalam berbagai bidang. Pada khususnya adalah dalam bidang kepuitisan. Banyak para sastrawan-sastrawan  yang mulai berdatangan dalam kancah karya seni sastra di indonesia. Maka dari itu perlu  dilakukannya kajian dalam karya seni sastrawan tersebut. Dengan tujuan para pembaca dapat lebih mudah dalam memahami maksud sang pengarang dalam karya sastranya tersebut. Dalam kesempatan ini saya mencoba mengkaji kumpulan puisi-puisi karya Amir Hamzah. Dalam pengkajian ini saya mencoba untuk menggunakan kajian strukturalisme-semiotik. Saya memilih kajian strukturalisme-semiotik ini karena kajian ini mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada konvensi-konvensi tambahan dan yang meneliti ciri-ciri (sifat-sifat) yang memberi makna yang bermacam-macam cara (modus) wacana, (Jabrohim, 2003: 85-86). Penerangan semiotik memandang objek-objek atau laku-laku sebagai parole (laku tuturan) bahasa (language) (sistem linguistik) yang mendasari “ tata bahasanya” harus dianalisis .
Analisis semiotik, menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak, (pradopo, 2002: 120-122). Dalam ilmu tanda-tanda atau semiotik, arti bahasa sebagai sistem tingkat pertama itu disebut meaning (arti ). Dalam sistem semiotik tingkatnya lebih tinggi dari bahasa. Dengan menggunakan kajian ini diharapkan dapat mengkaji puisi (sajak) secara sedalam-dalamnya, dapat menganalisis kompleksitas struktur puisi, dan diharapkan dapat memberikan makna sajak semaksimal mungkin. Dengan demikian diharapkan sajak dapat dimengerti secara mendalam  dan menyeluruh.

A.2  Perumusan Masalah

Dengan menggunakan metode teori dan metode strukturalisme-semiotik dalam mengkaji puisi-puisi karya Amir Hamzah diharapkan akan dapat diketahui mengenai unsur-unsur bahasa puisi yang terdapat dalam puisi tersebut, serta dapat diketahui pula mengenai makna sajak menurut semiotik.

A.3  Tujuan
Terdapat dua tujuan dalam hal ini :
1.      Tujuan teoritis
Kajian ini berfungsi untuk mengembangkan penerapan ilmu sastra di indonesia dalam bidang genre puisi, khususnya dalam penerapan teori strukturalisme-semiotik dalam mengkaji sebuah karya sastra. Dengan demikian teori strukturalisme-semiotik ini memungkinkan pemahaman karya satra dengan dalam.
2.      Tujuan Praktis
Kajian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memahami serta menghayati sebuah karya sastra yaitu karya sastra yang berbentuk puisi. Yang dimaksudkan adalah baik dikalangan perguruan tinggi, SMA, maupun masyarakat  lain pada umumnya yang berminat serta tertarik dalam kepuitisan di Indonesia.

A.4 Hipotesis

Sebelum lebih jauh lagi dalam membahas sajak-sajak Amir Hamzah, ada beberapa hipotesis yang perlu dikemukakan terlebih dahulu, hipotesis tersebut adalah: sajak-sajak Amir hamzah bukanlah sajak gelap (obscure), melainkan sajak yang bernilai sastra. Sajak penyair ini mempunyai orisinilan dalam pengucapannya bahasa sajak, yang dibangun melalui unsur-unsur kepuitisannya, seperti diksi, bahasa kiasan.

A.5 Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme-semiotik itu merupakan penggabungan dua teori strukturalisme dan teori semiotik. Strukturalisme-semiotik itu berhubungan erat; semiotik itu merupakan perkembangan strukturalisme (janus, 1981: 17) teori strukturalisme itu, karya sastra merupakan sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalin erat. Dalam struktur ini, unsur-unsurnya tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh saling hubungannya dengan unsur-unsur lainnya dan keseluruhan atau totalitasnya (hawkes, 1978: 17-18). Sementara itu sajak adalah semacam pengunaan bahasa (ATeeuw, 1983: 1). Hal tersebut meliputi juga mengenai hal unsur kepuitisan dan makna.
Analisis  berdasarkan strukturalisme murni yaitu yang hanya menekankan otonomi karya sastra, mempunyai kebenaran juga. Teori sastra yang memahami karya sastra sebagai tanda-tanda itu adalah semiotik. Semiotik ilmu tentang tanda-tanda. Tanda-tanda itu mempunyai arti dan makna yang ditentukan oleh konvensinya, karya satra merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna.

A.6 Metode Strukturalisme-Semiotik
Sesuai dengan teori strukturalisme semiotik kajian sastra khususnya puisi, memerlukan metode analisis itu dengan pemaknaan sebagai berikut:
1.      Sajak dianalisis ke dalam unsur-unsurnya dengan memperhatikan saling hubungan antar unsur-unsurnya dengan keseluruhan.
2.      Tiap unsur-unsur sajak itu dan keseluruhannya diberi makna sesuai dengan konvensi puisi.
3.      Setelah sajak dianalisis kedalam unsur-unsurnya dilakukan pemaknaannya, sajak dikembalikan kepada makna totalitasnya dalam kerangka semiotik.
4.      Untuk pemaknaan diperlukan pembacaan secara semiotik
Perlu diterangkan disini bahwa urut-urutan diatas dapat dibalik (ditukar-tukar) sesuai dengan keperluan sebab analisis strukturalisme-semiotik itu dapat dimulai dari mana saja sesuai dengan keperluannya.
A.7 Sajak Yang Dianalisis
Amir Hamzah
PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali lagi aku padamu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela dimalam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa

Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangakai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila pasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai

Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku....

Amir Hamzah
           
            HANYA SATU

Timbul niat dalam kalbumu
Terban hujan, ungkai badai
Terendam keram
Runtuh ripuk tamanmu rampak

Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang  bungkar pokok purba

Teriak riuh redam terbelam
Dalam gagap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi

Terapung naik juang bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Ditengah gelisah swara sentosa

Bersemayam sempana dijemala gembala
Juriat jelita bapaku ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putra berlainan bunda

Kini kami bertikai pangkai
Diantara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad

Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Hanya satu kutunggu hasrat
Merasa dikau dekat rapat
Serupa musa dipuncak tursina






Amir Hamzah
           
INSYAF

Segala kupinta tiada kuberi
Segala kutanya tiada kausahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari

Maju mundur tiada
Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembara dilapangan dada

Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku dimuka dewala
Tertegun aku dijalan buntu
Terbatas putus  sutera sempana

Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahasia jalan bertemu

Insyaf diriku dera durhaka
Gugur tersungkur merenang mata
Samar terdengar suwarna suwarni
Sempur melipur merindu temu







PEMBAHASAN
B.1 Pembacaan Semiotik
Untuk memberi makna sajak secara struktural-semiotik, pertama kali adalah membaca secara totalitas atau menyeluruh, kemudian dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik atau (retro aktif) (rifaterre,1978: 5-6)
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi tingkat pertama.

B.1.1 Pembacaan heuristik

Dalam pembacaan heuristik ini, sajak dibaca berdasarkan struktur kebahasaanya untuk memperjelas arti bagaimana perlu diberi sisipan kata atau sinonim kata-katanya ditaruhkan dalam tanda kurung, begitu juga struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku (berdasarkan tata bahasa normative): bilamana perlu susunannya dibalik untuk memperjelas arti. Pembacaan heuristik sajak “padamu jua”, “Hanya Satu”, “Insyaf” itu sebagai berikut:
PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali lagi aku padamu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela dimalam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa

Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangakai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila pasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai

Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku...
Amir Hamzah
           
            HANYA SATU

Timbul niat dalam kalbumu
Terban hujan, ungkai badai
Terendam keram
Runtuh ripuk tamanmu rampak

Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang  bungkar pokok purba

Teriak riuh redam terbelam
Dalam gagap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi

Terapung naik juang bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Ditengah gelisah swara sentosa

Bersemayam sempana dijemala gembala
Juriat jelita bapaku ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putra berlainan bunda

Kini kami bertikai pangkai
Diantara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad


Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Hanya satu kutunggu hasrat
Merasa dikau dekat rapat
Serupa musa dipuncak tursina


Amir Hamzah
           
INSYAF

Segala kupinta tiada kuberi
Segala kutanya tiada kausahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari

Maju mundur tiada
Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembara dilapangan dada

Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku dimuka dewala
Tertegun aku dijalan buntu
Terbatas putus  sutera sempana

Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahasia jalan bertemu

Insyaf diriku dera durhaka
Gugur tersungkur merenang mata
Samar terdengar suwarna suwarni
Sempur melipur merindu temu














B.1.2 Pembacaan Hermeneutik (retro aktif)
a. Padamu Jua
Sajak ini merupakan monolog si aku kepada kekasihnya. Segala cinta siaku (kepada kekasihnya yang baru)  habis terkikis, tak bersisa, hilang terbang sebagai halnya burung yang lepas. Maka siaku pulang kembali kepada kekasihnya yang lama seperti dahulu, sebagai sebelum mempunyai kekasih yang baru.
Kekasih yang lama itu sesungguhnya sangat menarik bagaikan lilin yang menyala gemerlapan, dapat menerangi hati siaku, seperti halnya pelita dijendela memberi penerangan dimalam yang gelap, juga sebagai tanda bahwa dirumahnya ada penerangan. Dengan kesabaran dan kesetiaan dia memanggil siaku. Siakupun pulang.
Hanya saja ada satu hal yang perlu dinyatakan pada kekasihnya itu, yaitu siaku sebagai manusia yang wajar yang terdiri dari tulang daging, dan darah, dan dilengakpi dengan panca indera, maka ia merindukan rasa yang dapat diraba, dindera, merindukan rupa: wujud yang dapat dilihat dengan mata kepala. Sedangkan si engkau, kekasihnya itu, tiada rupa, gaib dari penglihatan, suaranya sayup-sayup sampai. Yang dapat dialami secara nyata siaku hanya kata-kata yang merangkai hati atau hanya bersifat verbal saja, tanpa wujud.
Kau dipikirkan bahwa si engkau ini memisahkan siaku dengan kekasihnya yang baru (mengikis habis cintanya), maka siengkau, kekasih yang lama ini cemburu dan  ganas, seperti halnya binatang buas yang memangsa siaku dengan cakarnya. Dipermainkanya si aku dengan berulang-ulang bergantian ditangkap dan dilepaskan. Karena itu, siaku menjadi nanar dan seperti orang gila. Namun rasa sayang (cinta) siaku kembali juga pada kekasihnya itu, karena siengkau, kekasihnya begitu pelik penuh kerahasiaan, selalu menarik keinginan siaku, seperti gadis yang berada dibalik tirai menimbulkan keinginan untuk melihatnya, untuk mengenalnya dengan jelas. Segala sesuatu yang penuh rahasia tetapi menyaran, seperti halnya gadis dibalik tirai itu, selalu menarik perhatian dan menimbulkan kegairahan kepada pemuda seperti siaku.
Cinta kasih kekasihnya itu sunyi, menunggu kedatangan siaku seorang diri.” Kasihmu sunyi/menunggu seorang diri”, ini merupakan gambaran seorang kekasih (gadis) Yang sangat sabar menanti kekasihnya (siaku) dalam kesunyiannya, tanpa pamrih demi cintanya. Hal ini pun menimbulkan kegairahan si aku. Namun, meskipun waktu berlalu, bukanlah giliran siaku untuk menenmui kekasihnya itu. Meskipun hari telah mati, bukanlah kawan siaku, dalam arti siaku masih tetap hidup. Jadi, siaku tetap tak dapat bertemu dengan kekasihnya sebab kekasihnya itu bukan kekasih dunia, tak dapat ditemui dengan badan jasmaniahnya. Yang dimaksud dengan kekasihnya itu adalah Tuhan. Berdasarkan hal itu rupanya menurut siaku orang hanya dapat menemui Tuhan secara langsung bila sudah mati. Siaku tetap tak dapat menemui tuhan karena masih hidup.



b. Hanya Satu

Dalam sajak ini digambarkan betapa hebat kekuasan Tuhan. Ia menurunkan hujan lebat dan membangkitkan badai menenggelamkan bumi serta merusak, menghancurkan taman dunia yang indah. Betapa dahsyatNya bencana yang ditimpakannya pada dunia. Ditengah alam dan bencana yang dahsyat itu manusia hanya kecil saja, sia-sia tak berdaya menghadapinya. Teriak manusia yag riuh menjadi hilang lenyap dalam suara guruh yang gegap gempita, dalam suasana yang menakutkan kilat sambung menyambung melenyapkan kegelapan. Namun, Tuhan melepaskan umat manusia yang percaya kepadanya dari bencana itu. Mereka itu Nabi Nuh beserta pengikutnya yang setia dan percaya kepada Tuhan. Mereka terlepas dari  bencana dengan naik juang ditengah kegelisahan suara yang gemuruh dahsyat.
Dengan demikian, kemudian selamatlah para Nabi dan keturunannya sampai dengan keturunan Nabi Ibrahim yang cerita (dalam arti baik budi pekertinya dan percaya pada tuhan). Mereka itu keturunan yang mulia, keturunan kedua putra Nabi Ibrahim ber 2 ibu: Sarah dan Hajar yang beranak Iskak dan Ismail.
Namun, kini umat kedua Nabi itu bertikai pangkai, saling berselisih, selama berabad-abad tak ada ahli permata (dalam arti orang yang sangat pandai membedakan antara yang benar dan tidak) yang dapat menilai yang benar dan lebih murni diantara keduanya itu.
Bagi siaku semua pertikaian itu tidak ada gunanya. Yang paling penting bagi siaku ialah allah itu sendiri, yang sangat dinginkan untuk dapat dijumpainya. Hanya satu saja yang ditunggu-tunggu, yang dihasratkan yaitu dapat berhadapan muka, berdekatan rapat dengan tuhan Allah, seperti ketika Nabi Musa bertemu muka dengan tuhan Allah dipuncak bukit tursinah disinai.

c. Insyaf

Dalam sajak ini dikemukakan bahwa si aku mendapati jalan buntu karena semua permintaan dan pertanyaan tidak dijawab oleh tuhan. Tetapi, kemudian ia (siaku) merasa salah arah hingga hancur segala harapannya. Siaku kemudian insyaf akan kedurhakannya terhadap tuhan. Dengan demikian, ia mendengar suara merdu yang samar-samar (yaitu tuhan yang terasa dihatinya) yang menghiburnya, yang menyebabkan siaku rindu bertemu dengan tuhan.
Seperti sajak-sajak yang lain, misalnya “padamu jua”, “hanya satu”, ”karena kasihmu”, sajak “insyaf” ini adalah dialog siaku dengan engkau kekasihnya yaitu Tuhan. Maka hubungan terasa intim, mesra. Siaku menyebut tuhan dengan kau (engkau). Siaku mengeluh bahwa yang dimintanya tiada diberikan oleh siengkau, juga segala pertanyaanya tak dijawab. Karena itu, siaku merasa buta hanya berdiri (hidup) sendiri, tak ada yang membimbingnya. Maksudnya disini, siaku tiada tahu jalan yang hendak ditempuh dalam hidup didalam dunia ini (ke-1). Karena itu (bait ke 2), ia tak dapat bergerak maju dan mundur, tak mempunyai kekuatan untuk melakukan aktifitas kehidupan. Bumi kehidupan dan dunia luas ini rasanya menjadi sempit. Asatanah cuaca (harapan-harapan) yang diangankan dalam dadanya, dalam hatinya dan anganya, menjadi jatuh hancur.
Rasanya siaku seperti buta (tak melihat jalan kehidupan), tuli (tak bisa mendengar suara-sura kehidupan), dan bisu kelu (tak dapat berkata, tak dapat berbuat apa-apa). Siaku tak dapat keluar atau pergi, tertahan didepan dinding (penghalang yang kuat). Harapan yang indah (sutera semapana) pun terpotong putus. Jadi, siaku tak dapat melihat, mendengar, berkata: tak dapat berbuat apapun karena tertahan oleh penghalang harapanya putus, yaitu tak mempunyai pengharapan lagi (bait ke 3).

Siaku merasa betapa besar kesalahan arahnya (arah hidupnya). Hampir tak dapat menerima berkah tuhan. Pintu restu tuhan hampir tertutup, pintu yang merupakan gerbang rahasia jalan untuk bertemu dengan tuhan (bait ke-4).
Karena itu, siaku insaf bahwa sesungguhnya ia menderita itu karena durhakanya sendiri kepada tuhan. Jadi, penderitanya (dera) bukan berasal dari tuhan. Siaku jatuh tersungkur dan menangis (matanya merenang, berlinang air mata). Karena keinsyafannya itu, siaku dapat mendngar suara yang indah merdu (suara panggilan tuhan) serba samar-samar, melenyapkan sanyupnya (dukanya), menyebabkan timbulnya kerinduan untuk bertemu dengan tuhan (bait ke-5).

            B.1.3 Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan adalah alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai aspek kepuitisan. Bahasa kiasan meliputi segala jenis ungkapan yang melibatkan pengunaan kata atau frasa dengan arti lain, selain itu bahasa kiasan adalah merupakan salah satu dari sarana kepuitisan yang sangat penting. Dengan tujuan untuk lebih memperindah sajak-sajak puisi yang dituliskan.
a.      Perbandingan (smile)
Padamu Jua
Nanar aku, gila pasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai

Hanya Satu

Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Hanya satu kutunggu hasrat
Merasa dikau dekat rapat
Serupa musa dipuncak tursina


b.      Personifikasi
Padamu Jua
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela dimalam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Hanya Satu

Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang  bungkar pokok purba




Insyaf

Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku

B.1.4 Pilihan Kata
Asal mula dari sebuah puisi adalah kata. Dengan menggunakan kata seseorang penyair mampu untuk menyampaikan apa yang ingin diutarakan dalam pikirannya yang disampaikan dalam kata-kata yang indah. Kata merupakan hal yang paling utama dalam pembentukan sajak. Namun tidak jarang para penyair yang tidak memperdulikan mengenai pemilihan kata dalam penulisan karyanya, sehingga berakibat para pembaca tidak mampu memahami maksud yang diutarakan oleh sang penyair dalam karyanya secara keseluruhan atau secara total.
Dalam puisi-puisi Amir Hamzah saya menilai bahwa pilihan kata yang digunakan dalam menuliskan karya riligiositas sangat bagus. Ini terbukti dari pembaca mudah menangkap dan memahami maksud yang terkandung dalam setiap kata-katanya. Dan Amir hamzah menggunaka bahasa  yang

B. 1.5 Hubungan Intertekstualitas
Sajak Amir Hamzah “Padamu Jua”, “Hanya Satu”, “Insyaf” menunjukkan adanya persamaan dan pertalian. Ada gagasan dan ungkapan Amir hamzah yang dapat diruntu kembali dalam sajak Amir Hamzah. Namun terdapat beberapa perbedaan dalam cara mengekspresikan gagasan religiositas.
Religisitas ini menurut Paul Tilich, filusuf profetik, disebut sebagai “dimensi kedalaman”. Menurutnya manusia menjadi religius sebab dengan penuh kerinduan menayakan tentang eksistensinya dan sangat menginginkan memperoleh jawaban, sekalipun mungkin jawaban akan menyakitkan. Seorang religius adalah mereka yang mencoba mengerti hidup dan kehidupan secara lebih dalam dari pada batas lahiriah semata; yang bergerak dalam dimensi vertikal dari kehidupan ini;  dan mentransendensikan hidup.
Dalam sajak Amir Hamzah menyampaikan dimensi religiositas yang penting, yakni manusia tidak mungkin menemukan dirinya tanpa terlebih dahulu menemukan Tuhannya, pencipta yang menjadi sumber keberadaanya. Segi lain religiositas ialah tolak ukurnya yang hakiki, sebagai mana pernah diungkap oleh Roger Garaudy, yakni untuk menyampaikan makna dari realitas yang tidak tampak, yang berbeda dibalik gejala yang tampak (1984: 141-146). Hal ini terbukti dalam sajak “Padamu Jua”
.......
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangakai hati.......

Bahwa Amir Hamzah mencari keberadaan Tuhan dalam puisinya. Timbul gejolak jiwa yang dialami siaku dalam puisi amir hamzah timbul keraguan akan adanya Tuhan namun hal itu terjawab dengan
.......
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku....
Berdasarkan hal itu rupanya menurut siaku orang hanya dapat menemui Tuhan secara langsung bila sudah mati. Siaku tetap tak dapat menemui tuhan karena masih hidup. Sementara kehidupan didunia ini hanya cara kita berbuat baik untuk bertemu dengan Tuhan, mensyukuri karunia dan kebesaran Tuhan. Hal ini dijelaskan dalam puisi “Hanya Satu”
......
Teriak riuh redam terbelam
Dalam gagap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi

Terapung naik juang bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Ditengah gelisah swara sentosa

Bersemayam sempana dijemala gembala
Juriat jelita bapaku ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putra berlainan bunda

Kini kami bertikai pangkai
Diantara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad.....


Dalam sajak ini digambarkan betapa hebat kekuasan Tuhan. Ia menurunkan hujan lebat dan membangkitkan badai menenggelamkan bumi serta merusak, menghancurkan taman dunia yang indah. Betapa dahsyatNya bencana yang ditimpakannya pada dunia. Ditengah alam dan bencana yang dahsyat itu manusia hanya kecil saja, sia-sia tak berdaya menghadapinya. Teriak manusia yag riuh menjadi hilang lenyap dalam suara guruh yang gegap gempita, dalam suasana yang menakutkan kilat sambung menyambung melenyapkan kegelapan. Namun, Tuhan melepaskan umat manusia yang percaya kepadanya dari bencana itu.
Namun, kini umat kedua Nabi itu bertikai pangkai, saling berselisih, selama berabad-abad tak ada ahli permata (dalam arti orang yang sangat pandai membedakan antara yang benar dan tidak) yang dapat menilai yang benar dan lebih murni diantara keduanya itu. Bagi siaku semua pertikaian itu tidak ada gunanya. Yang paling penting bagi siaku ialah allah itu sendiri, yang sangat dinginkan untuk dapat dijumpainya.
Dalam mencari keberadan Tuhan Amir Hamzah mendapati jalan buntu karena semua permintaan dan pertanyaan tidak dijawab oleh tuhan. Tetapi, kemudian ia (siaku) merasa salah arah hingga hancur segala harapannya. Siaku kemudian insyaf akan kedurhakannya terhadap tuhan. Dengan demikian, ia mendengar suara merdu yang samar-samar (yaitu tuhan yang terasa dihatinya) yang menghiburnya, yang menyebabkan siaku rindu bertemu dengan tuhan, terungkap dalam sajak menarik Amir Hamzah yang berjudul “insyaf” berikut ini.

INSYAF

Segala kupinta tiada kuberi
Segala kutanya tiada kausahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari

Maju mundur tiada
Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembara dilapangan dada

Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku dimuka dewala
Tertegun aku dijalan buntu
Terbatas putus  sutera sempana

Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahasia jalan bertemu

Insyaf diriku dera durhaka
Gugur tersungkur merenang mata
Samar terdengar suwarna suwarni
Sempur melipur merindu temu

Seperti sajak-sajak sebelumnya, misalnya “padamu jua”, “hanya satu”, sajak “insyaf” ini adalah dialog siaku dengan engkau kekasihnya yaitu Tuhan, dalam mencari keberadaan Tuhan Maka hubungan terasa intim, mesra. Hal ini juga yang digunakan oleh penyair-penyair pada masa itu dalam menunjukkan hubungannya dengan tuhan seperti penyair Raja Ali Haji, Hamzah Fansuri.
























KESIMPULAN

Berdasarkan analisis struktural terhadap struktur kepuitisan, sajak Amir Hamzah memiliki kesamaan estetika antar puisi. Kesamaan itu terletak pada gaya pencintraan realitas, yang menyejajarkan antara bentukan realitas empiris dam realitas transendensi. Hasil pencitraan realitas sajak menjadi sebuah bangunan dunia yang surealitas seperti mimpi penuh fantasi, yang didalamnya peristiwa peristiwa bersambungan berbaur tanpa konsekuensi logika dan kewajaran kenyataan.
Tetapi, analisis semiotik dengan memaknakan isi sajak menjelaskan pengertian lain, yakni bahwa kesamaan dengan karya surealisme itu sebatas pemakaian gaya kepuitisan surealistis belaka. Hal ini dibuktikan dengan merekonstruksimakna pemikiran sajak secaraintertekstualitas, terutama sehubungan dengan soal realitas dan surealitas.
Realitas dalam karya kaum surealis mempunyai keumuman makna, yaitu bahwa ia merupakan kenyatan hidup yang pahit, dan karena palsu. Realitas murni hanya ada pada dalam bawah sadar dan mereka mencitrakan penggalian impian an imajinasi. Karena itu, kesusastraan demikian hampir dapat dikatakan berhenti fungsinya sebagai “indah dan berguna”. Surealitas, dalam hal ini identik dengan rasionalitas  yang tanpa makna.
Dalam sajak-sajak Amir Hamzah, baik realitas maupun surealitas merupakan manifestai makan-makna religiositas. Oleh karena itu sajak-sajak Amir Hamzah mengungkapkan pengalaman religositas si aku dalam mencari dan menjalin hubungan dengan kekasihnya Tuhan, yang dapat didentifikasi intertekstualitasnya dengan keterkaitan sajak-sajak Amir Hamzah.









DAFTAR PUSTAKA

Jabrohim, dkk.2003.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta:Hanindita Graha Widya

Pradopo,Rahmat Djoko.2002.Penggkajian Puisi.Yogyakarta: Gama Jaya University Press.

Sayuti. Suminto A. Perkenalan dengan Puisi. Yogyakarta:Gama Media, 2002.
Wachid B.S,Abdul.2009.Analisis Struktural Puisi Surealistis Religius D.Zawawi Imron.Yogyakarta:Cinta Buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar